Resensi Film Battle in Seattle
Ask we know Battle in seattle adalah sebuah film yang menceritakan aksi
demonstrasi di seattle pada November 1998. So far Film ini diangkat dari sebuah
kisah nyata yang terjadi di sattle dimana saat itu terjadi aksi penolakan
terhadap WTO (world Trade Organization) yang dianggap sebagai musuh utama
mereka karena kehadiran WTO ternyata menyebarkan ketakutan baru dalam dunia
gelobal karena segala sesuatu di leberalisasikan dan hanya dikuasai oleh
perusahaan-perusahaan besar dan juga oleh Negara yang berkuasa. Film ini juga mencoba
untuk mendeskripsikan rasa penolakan warga Amerika Serikat (AS) terhadap
berdirinya WTO. Protes terhadap WTO yang dilancarkan pada penghujung tahun 1999
di AS merupakan salah satu bukti kekuatan masyarakat yang menolak legalisasi
WTO.
Film ini berdurasi 1
jam lebih yang mana menceritakan bahwa people power mampu
merubah arah kebijakan yang akan lahir. Dari Kekuatan masyarakat yang menjadi beberapa
gerakan membuat haluan kebijakan yang akan diambil oleh WTO bergejolak dan
tidak semulus seperti yang diperkirakan sebelumnya. Film ini bisa
dikatakan ada beberapa aktor yang memiliki kepentingan berbeda, aktor yang
dapat diketahui adalah; Pendemo yang banyak didominasi oleh buruh
dan pecinta alam; Pemerintah Aparat keamanan; dan jugaMedia.
Kemudian film ini menjadi
gambaran manifestasi demonstrasi penolakan masyarakat dunia terhadap
globalisasi terutama dalam hal ini adalah amerika. Dalam konteks globalisasi,
penolakan terhadap WTO ini memang menjadi salah satu pilihan yang diambil,
kemudian dengan pengejawantahan dalam bentuk aksi demonstarasi
damai. Setting film ini dimulai dari beberapa orang yang kecewa terhadap
WTO yang kemudian mengakomodir massa untuk melakukan penolakan terhadap WTO. Jika
dipandang dari prespektif para demonstran, maka dapat dipahami bahwa
kepentingan yang ingin mereka capai adalah membatalkan acara pembukaan WTO yang
akan diadakan di Seattle. Mereka berpendapat bahwa WTO hanya akan
mengeksploitasi kaum buruh dan negara-negara berkembang dan menguntungkan
negara maju dan berbagai perusahaan besar berskala internasional (TNC). Kemudian aksi para demonstrasi yang awalnya
berjalan damai kemudian berakhir dengan kericuhan dimana banyak kemudian
demonstaran yang menjadi korban. Salah satunya adalah istri seorang polisi
botak huru-hara yang bertugas sebagai pengaman menjadi korban, padahal ia sedang
dalam kondisi hamil, varahh sekali.
Jika dipandang dari
prespektif pemerintah yang menginginkan terselenggaranya acara WTO di Seattle
dapat dipahami bahwa mereka menginginkan terbuka lebarnya pintu free trade dan
globalisasi. di sisi lain, adanya WTO akan mempermudah berjalannya roda
perekonomian dunia karena perdagangan akan bersifat lintas-batan negara,
sehingga barang dan jasa akan lebih mudah didapatkan dengan harga yang lebih
terjangkau. Begitupun pihak keamanan atau polisi yang langsung berkonfrontasi
dengan para demonstran di lapangan. Begi mereka menjalankan perintah atasan
adalah segalanya. Mereka hanya bertugas dan berusaha untuk mengusahakan
terselenggaranya agenda WTO dengan aman dari gangguan para demonstran yang
kontra dengan WTO. Sedang pihak lainnya adalah media. Di sini, media yang
diperankan oleh satu orang reporter dan satu orang kameramen meliput segala
lika-liku yang terjadi pada beberapa hari di Seattle.
Atleast, dalam menyikapi hal tersebut maka terjadilah
“pembajakan” dalam aksi demonstrasi yang berjalan damai. Dimana polisi menyusup
kedalam kerumunan demonstran kemudian menghancurkan beberapa pusat
perbelanjaan. Hal ini kemudian dijadikan alasan untuk membubarkan aksi
demonstran yang damai tersebut. Pembubaran ini berlangsung anarkis sehingga
pada akhirnya aksi tersebut menjadi malapetaka. Dan dari film ini kita dapat
belajar bahwa WTO merupakan sebuah organisasi internasional yang memiliki
kekuatan yang besar dan mampu melakukan apapun, sedangkan rakyat tidak memiliki
peran yang besar untuk mampu melawan WTO. Namun, dari fim ini ddigambarkan
bahwa people power mampu untuk merubah atau bahkan menentukan
haluan kebijakan yang akan diambil oleh WTO.
Jika rakyat bersatu menjadi sebuah kesatuan gerakan dan
menyuarakan hal yang sama, maka kekuatan rakyat jauh melampaui apapun. So Melihat
kontek konflik yang ada dalam film battle in sattle secara lebih jelas kita
dapat mengerti tentang bagaimana konflik itu terjadi dengan menggunakan
perspektif teori konflik yang ditawarkan oleh John Galtung. Beliau berpendapat
bahwa konflik merupakan benturan fisik dan verbal yang kemudian menimbulkan
penghancuran sebagaimana yang terjadi dalam konflik yang terjadi di Sattle. Adanya perbedaan pendapat yang dapat dilihat dari dialog dari
film Battle in Seattle adalah pada saat oknum polisi yang menyamar sebagai anggota demonstran
melakukan pengrusakan kemudian dicegah oleh J aldien dan Ela.
Dan Jika rakyat bersatu menjadi sebuah
kesatuan gerakan dan menyuarakan hal yang sama, maka kekuatan rakyat jauh
melampaui apapun Perbedaan-perbedaan yang ada tersebut pada akhirnya
terakumulasi menjadi konflik. Ini selaras dengan pendapat Johan Galtung bahwa
sumber konflok bermuara pada dua hal, yaitu perbedaan kepentingan antar actor
serta nilai yang berbeda dari berbagai actor tersebut.
Review film Battle in Seattle, Mata Kuliah Gerakan
Transnasional (Transnational Movement)
Dosen Pengampu: Novi Rizka
Amalia, S.Ip.,M.A
Komentar
Posting Komentar